Rabu, 23 Februari 2011

Berakar, Bertumbuh dan Berbuah

Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih” (Efesus 4:16).
Saat kita melihat dan memperhatikan sebuah pohon besar, misalnya pohon jati, tentunya kita merasa yakin bahwa pohon jati itu berdiri dengan kuat dan tidak tergoyahkan. Akar yang kuat, besar dan menancap dalam ke tanah membuat kesan kokoh pohon tersebut semakin terlihat. Demikian juga sebaliknya, saat kita melihat sebuah rumput di pinggir jalan. Waktu kita melihat rumput tersebut, kita pasti sangat yakin, dengan mudah akan dapat mencabutnya. Pohon jati yang besar, dengan dahan yang besar, akar yang kuat, serta daun yang rindang akan menamakkan kekokohannya. Sedangkan rumput yang kecil, daun-daun dan batang yang kecil, akan terkesan sangat lemah. Yang menjadi pembeda antara pohon jati besar dengan rumput di atas, adalah benihnya. Benih pohon jati, sekalipun ukurannya sangat kecil, tetap akan bertumbuh menjadi pohon jati. Sedangkan benih rumput, sebesar apapun, tetap akan bertumbuh sebagai rumput. Sedari mulanya, manusia diciptakan sebagai „benih“ yang unggul. Dalam kitab Kejadian 1:26 tertulis bahwa manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Hal tersebut jelas sekali menunjukkan keunggulan manusia. Jadi bisa kita simpulkan disini bahwa sifat bawaan manusia adalah unggul, karena dicipta seperti Allah.
Namun dalam kenyataan yang kita lihat sehari-hari, manusia mewarisi karakteristik dosa sejak dari mulanya. Benih yang unggul, yang dahulu diciptakan Tuhan dalam manusia Adam dan Hawa, telah rusak dan menjadi terbatas. Manusia menjadi terbatas oleh permasalahankerohanian, emosional, pemikiran dan juga fisik. Mudah sakit hati, marah, malas dan sakit adalah karakteristik bawaan dari dosa. Namun, seperti yang kita tahu bersama, kita telah ditebus dari dosa. Keunggulan kita secara rohani dipulihkan oleh darah Tuhan Yesus yang tercurah di kayu salib, yang menebus dosa-dosa kita. Keunggulan rohani yang dipulihkan oleh Tuhan Yesus tersebut nantinya akan berdampak dan memulihkan keunggulan-keunggulan kita dalam segi, emosional, pemikiran dan tubuh jasmani. Pemulihan-pemulihan tersebut akan terjadi melalui proses kehidupan kita.
Selayaknya benih, kita akan terus bertumbuh. Namun kita juga harus menyadari fakta bahwa lingkungan kita mempengaruhi pertumbuhan kita. Dalam Injil Lukas 5:5-8, Tuhan Yesus memberikan gambaran tentang lingkungan pertumbuhan kehidupan kita.
1.                       Tanah di pinggir jalan yang kering dan tandus
Tanah tandus di pinggir jalan adalah gambaran hati dan pikiran yang tidak mempedulikan Firman Tuhan sama sekali. Saat berada dalam ibadah, pikirannya melayang entah kemana, memikirkan hal-hal diluar Firman. Mungkin memikirkan untung rugi dalam bisnis, pekerjaan, proyek besar yang sedang ditangani, pesta dan lain sebagainya. Dengan kondisi hati dan pikiran seperti ini, iblis akan dengan mudah menguasai diri kita dengan membuat kita melupakan Firman Tuhan yang ditaburkan selama ibadah. Hal tersebutlah yang dimaksudkan Tuhan Yesus dengan gambaran „burung-burung memakan benih.“ Firman Tuhan dicuri dari hati dan pikiran kita oleh si iblis. Jelas sekali kita tidak akan bisa bertumbuh dengan kondisi seperti itu.
2.                       Tanah yang berbatu
Tanah berbatu adalah gambaran orang yang menerima Firman dengan sukacita, namun ternyata tidak menyimpannya dalam hati. Firman itu tidak berakar kuat dalam kehidupannya, tidak diresapi dan tetntunya tidak diyakini kuasanya. Tanah berbatu juga gambaran dari manusia yang tidak mau dibentuk oleh Firman Tuhan. Orang yang merasa bijaksana, berhikmat, pintar dan merasa benar dalam segala hal adalah makna dari bebatuan tersebut. Lebih jauh lagi hal ini merujuk pada orang yang merasa kehidupan rohaninya sudah bagus atau dewasa, mungkin juga yang sudah terlibat dalam pelayanan, atau bahkan seorang hamba Tuhan. Seperti halnya kondisi tanah kering, kita juga tidak akan bertumbuh saat ada batu kesombongan dalam kehidupan kita.
3.                       Tanah yang ditumbuhi semak duri
Tanah yang ditumbuhi semak duri sebenarnya adalah tanah yang lumayan subur. Namun terlihat jelas bahwa tanah tersebut tidak diolah, tidak dibersihkan dan hanya dibiarkan saja tidak terurus. Hati manusia pun seperti itu. Jika kita tidak menjaga hati kita, maka „tumbuhan liar“ akan cepat sekali menguasainya. Semak duri gambaran dari permasalahan, kekhawatiran, ketakutan dan bahkan juga kekayaan serta nafsu dunia. Nafsu dunia disini maksudnya adalah kemarahan, keangkuhan, perasaan dendam dan percabulan. Jika kita tidak menyingkirkan hal-hal tersebut dari hati kita, Firman Tuhan tidak akan bertumbuh dengan subur.
4.                       Tanah yang subur
Inilah hati yang seharusnya kita miliki. Bersih dari egoisme, kebenaran diri sendiri, ketakutan, kekhawatiran dan juga nafsu-nafsu dunia. Dengan kondisi hati seperti ini, Firman Tuhan akan bertumbuh dengan subur, berakar kuat dan berbuah lebat.
Akar berbicara mengenai pengajaran yang benar serta hubungan yang dekat dengan Tuhan. Tanpa akar yang kuat, kita tidak akan bisa bertumbuh dengan sehat. Keberadaan kita dalam kumpulan jemaat adalah untuk saling memperlengkapi. Tidak mungkin kita memberikan buah yang busuk kepada orang-orang di sekitar kita. Saat kita bertumbuh dengan benar dalam lingkup kebenaran Firman Tuhan, kita pasti akan menghasilkan buah kehidupan yang baik, yang bisa dinikmati semua orang. Dan hal tersebut hanya akan kita dapatkan dalam keselarasan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama manusia. Tuhan memberkati

Sari Khotbah Pdt. Istiranus
12 Februar 2011

Kamis, 17 Februari 2011

Kuatkanlah Hatimu


Pasti akan ada saat dimana setiap manusia itu mengalami permasalahan. Ada saat dimana mungkin seseorang merasa bahwa Tuhan begitu jauh dari kehidupannya. Permasalahan datang silih berganti seolah tanpa hentinya. Dan dalam kondisi seperti itu, kita cenderung menjadi putus asa. Kita sadar bahwa kita tidak akan bisa mengandalkan kekuatan kita sendiri dan kekuatan orang lain. Dalam Yesaya 40:30 dikatakan bahkan teruna (orang-orang muda terlatih) pun menjadi lelah. Kemampuan manusia itu terbatas. Akan tetapi kita telah ketahui bersama, ada Tuhan yang senantiasa mendukung kita. Saat kita berseru kepada-Nya, Tuhan akan bertindak menolong kita dan membawa kita menang atas masalah tersebut. (Yesaya 40:31). Kehidupan yang melekat dengan Tuhan, akan membuat kita terus dalam perlindungan dan penyertaan Tuhan (Mazmur 23:6).
Dalam kitab nabi Yesaya pasal 41 ayat 9, dengan jelas dikatakan bahwa Tuhan telah memilih kita dan tidak akan menolak kita, saat kita benar-benar taat kepada-Nya. Konteks ayat tersebut memang ditujukan kepada bangsa Israel. Namun saat bangsa Israel menolak Tuhan Yesus (Kisah 3:14), keselamatan itu kemudian diberikan untuk bangsa-bangsa lain yang mau menerima Tuhan Yesus (Roma 11:11,17). Dengan dasar tersebut, maka saat ini kita pun memperoleh atribut rohani berupa “Bangsa yang terpilih, imamat yang rajani” (1 Petrus 2:9-10).
Tuhan memberikan janji-Nya kepada kita, “Jangan takut” adalah pernyataan Tuhan yang diberikan kepada kita dalam hal jaminan kehidupan kita. Frase “Jangan takut,” dengan berbagai variasinya, ditulis sekurang-kurangnya 360 kali dalam Alkitab. Secara sederhana hal ini membuktikan penyertaan Tuhan setiap hari dalam kehidupan kita, sepanjang tahun. Dalam Yesaya 41:10 tertulis demikian “janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” Kita tidak perlu takut lagi, karena Tuhan menyertai kita. Arti dari “Aku menyertai” disini adalah bahwa Tuhan sendirilah yang ada disamping kita, Dia ada di dalam kita, Dia bersama-sama dengan kita. Ia tidak mewakilkan pribadiNya kepada siapapun untuk berjalan disamping kita. Pribadi Tuhan sendirilah yang ada di dalam kehidupan kita, mendukung kita dalam setiap langkah kehidupan. Kita pun tidak perlu bimbang, karena Tuhan adalah Allah kita. Penguasa semesta alam, Sang Maha Mengetahui sendirilah yang akan memberikan tuntunan-Nya dalam kita mengambil keputusan saat menghadapi pergumulan hidup. Oleh karena itu, saat kita terus bersama dengan Tuhan, tinggal melekat kepada-Nya, kita pasti akan menang atas segala permasalahan kehidupan kita.
Dalam kondisi sekalut apapun, bahkan dalam keadaan kritis, jangan sampai kita berharap dan mengandalkan orang lain apalagi diri sendiri (Yeremia 17:5). Dalam kitab Yesaya 31:1-3, Tuhan juga telah memperingatkan kita supaya jangan mengandalkan “Mesir” (gambaran dari dunia, manusia). Bahkan dalam ayat 3 ditegaskan, baik orang yang mengandalkan dan diandalkan, sama-sama akan menanggung akibatnya. Lantas bagaimana sikap kita saat menghadapi pergumulan yang berat?
„Kuatkanlah hatimu.“
Dalam kitab Yesaya 41:6-7 tertulis demikian „Yang seorang menolong yang lain dan berkata kepada temannya: "Kuatkanlah hatimu!" Tukang besi menguatkan hati tukang emas, dan orang yang memipihkan logam dengan martil menguatkan hati orang yang menempa di atas landasan; ia berkata tentang patrian: "Itu baik," lalu menguatkannya dengan paku-paku, sehingga tidak goyang.“ Adalah menjadi tanggung jawab saudara seiman untuk memberi semangat, memotivasi dan menguatkan jiwa, saat ada seorang yang mengalami pergumulan. Dalam kehidupan berjemaat, kita dinuntut untuk saling menopang dan menguatkan hati. Apa yang kurang dalam kehidupan saudara kita, wajib kita perhatikan dan jika memungkinkan, kita penuhi. Persatuan jemaat sangat kita butuhkan dalam memenuhi amanat agung yang kita terima dari Tuhan Yesus Kristus. Tuhan menugaskan kita untuk membangun Kerajaan (Bait Kudus)-Nya selama kita hidup di dunia ini (1 Tawarikh 28:10). Dalam menjalankan tugas itu, kita harus saling menopang dan menguatkan.
Seperti kisah Zerubabel yang diperintahkan Tuhan untuk membangun kembali Bait Allah (Hagai 2:5-9), demikianlah kita juga harus membangun „Bait Allah“ kehidupan kita ini. Kita semua harus mau bekerja sama, kompak, saling mendukung dan saling menguatkan. Kita idak perlu takut dan khawatir lagi, sebab Tuhan Allah semesta alam sendirilah yang ada disamping kita, membela dan melindungi kita, selama kita mengerjakan tugas mulia tersebut. Keadaan yang kita akan kita hadapi di akhir zaman ini akan semakin berat. Tuhan akan menggoncangkan dunia ini untuk menunjukkan kuasa-Nya kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal-Nya, dan mengalirkan berkatnya bagi umat-Nya (Hagai 2:7-9). Disaat kegoncangan itulah Tuhan memerintahkan kita untuk menguatkan hati dan saling menguatkan satu sama lain.
Jadi Saudara, mari kita saling menguatkan hati dan menjaga persatuan dalam jemaat. Dalam kondisi apapun, kita terus mengandalkan Tuhan, dan hidup melekat kepada-Nya, karena disitulah letak kemenangan kita. Tuhan Yesus memberkati. 
Khotbah Gembala 5 Februari 2011

Rabu, 09 Februari 2011

Perihal Kehidupan

“Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?" Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
(Yesaya 40:27 – 31)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali menghadapi permasalahan. Tidak hanya kita, setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan menghadapi permasalahan. Mungkin terlintas dalam benak kita, keraguan akan Tuhan. “Kenapa masalah-masalah ini menimpaku secara bertubi-tubi, silih berganti? Apakah Tuhan mengetahui keadaanku ini? Apakah Tuhan tidak kasihan terhadapku?“ Atau mungkin saat kita melihat orang yang hidupnya jauh dari Tuhan, mereka yang mengabaikan Tuhan, malahan terlihat berhasil,makmur dan kaya. Kita yang seolah-olah telah mencari Tuhan mati-matian, merasa tidak memiliki kekayaan, keberhasilan dan kemakmuran seperti mereka. Kemudian terbersit dalam pikiran kita banyak sekali pertanyaan “Kapan ya kondisi ekonomiku ini membaik? Kapan ya aku bisa jadi orang kaya? Kapan ya aku bisa mewujudkan semua keinginanku? Kenapa kok Tuhan tidak mengijinkan aku menikmati hidup enak dan menjadi seperti orang-orang kaya itu?“ Ada lebih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam benak kita saat memandang kondisi kehidupan yang ada. Kondisi dunia yang semakin memburuk, tentunya sering membawa kita berfikir bahwa kondisi kehidupan kita sedang sangat sulit.
Namun Tuhan kita bukanlah Tuhan yang menutup mata akan kondisi anak-anak-Nya. Tuhan Yesus kita adalah Tuhan yang sangat mempedulikan kehidupan kita masing-masing, pribadi lepas pribadi. Bahkan Tuhan mengenal kita sampai ke dalam hati kita. Dia tahu persis siapa kita dan apa yang sedang kita hadapi dalam hidup ini. Raja Daud sangat mengenal siapa Tuhan yang ia sembah. Pengenalan akan Tuhan itu Daud wujudkan dalam sebuah mazmur yang tertulis di Mazmur 37:5-6Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.” Daud tahu persis, bahwa saat ia menyerahkan kehidupannya kepada Tuhan, Tuhanlah yang membela dirinya. Kemenangan Daud atas tentara-tentara musuh adalah bukti keyakinannya akan Tuhan sebagai pembela kehidupannya. Senada dengan Raja Daud, nabi Yesaya pun mengungkapkan hal tersebut. Pernyataan Tuhan yang diterima nabi Yesaya, yang tertulis dalam kitab Yesaya 60:1-3 adalah “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu.
Lantas apa yang harus kita lakukan supaya pembelaan Tuhan atas hidup kita ini, dapat kita terima?
  1. Tinggal dalam hadirat Tuhan
Raja Daud sangat menikmati waktu pribadinya dengan Tuhan. Dia sangat-sangat menikmati hadirat Tuhan dalam pujian dan penyembahannya. Dalam Mazmur 27:4 Daud mengungkapkan demikian “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.” Dalam hadirat-Nya, kita akan menikmati segala kebajikan, kemurahan dan perlindungan Tuhan (Mazmur 23:6; 27:5).
  1. Taat melakukan perintah Tuhan
Ayub adalah pribadi yang hidup taat kepada setiap firman Tuhan. Dalam Ayub 23:10-12, Ayub mengungkapkan demikian “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya.” Ayub sadar bahwa setiap ujian yang Tuhan berikan padanya pasti akan dapat dia lalui, karena Tuhan memberikan penuntun-penuntun untuk mengatasi ujian tersebut, melalui firman Tuhan. Ayub pun sangat yakin, saat dia diuji Tuhan, itu artinya dia sedang dididik dan dimurnikan oleh Tuhan dalam hal karakter.
  1. Hidup dalam tuntunan Roh Kudus
Kekerasan hati kita akan membuat setiap proses yang Tuhan beriikan menjadi sia-sia. Dalam hal inilah peran Roh Kudus sangat penting. Oleh Roh Kudus hati kita akan dilembutkan. Roh Kudus Tuhan akan bertahta dalam hati kita dan membuat itulah sumber kekuatan kita untuk melakukan segala perintah Tuhan dan menjadi pelaku firmanNya (Yehezkiel 36:26-27).
  1. Setia kepada Tuhan
Kesetiaan kita hidup dalam hadirat Tuhan, mentaati hokum-hukum Tuhan serta tunduk kepada Roh Kudus dalam kelembutan hati, akan memberi kita kekuatan yang selalu baru dalam menjalani hidup ini (Yesaya 40:29-31).
Mari Saudara-saudara, terus hidup dalam hadirat Tuhan, bersungguh-sungguh taat kepada perintah Tuhan, hidup dalam tuntunan Roh Kudus dalam kelembutan hati, serta tetap setia kepada Tuhan, maka kita akan selalu menikmati penyertaan Tuhan, pembelaanNya atas semua permasalahan, serta dapat menikmati berkat-berkatNya yang luar biasa dalam hidup kita. Kekuatan kita dalam menghadapi hidup ini hanya berasal dari Tuhan saja. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.

Khotbah Gembala 4 Februari 2011