Kamis, 31 Maret 2011

Duri Dalam Daging


Sadar atau tidak, kita umat Tuhan hidup hanya oleh kasih dan kemurahan Tuhan saja. Begitu banyak hal yang boleh kita nikmati dalam kehidupan kita. Harta benda yang kita miliki, usaha yang berkembang, karier yang berhasil, keluarga yang bahagia, bukanlah sepenuhnya karena jerih lelah kita sendiri, namun ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Namun demikian, masih saja banyak umat Tuhan yang merasa bahwa itu semua adalah hasil keringat mereka sendiri, dan menganggap pertolongan Tuhan hanya sebatas melancarkan jalannya saja. Dengan pemikiran seperti itu, maka orang tersebut akan terjebak ke dalam kesombongan dan egoisme. Lebih parah lagi, saat ada masalah yang menerpa, orang-orang seperti itu cenderung menyalahkan Tuhan.
Pelayanan rasul Paulus adalah sebuah pelayanan yang sangat luar biasa. Dia diutus untuk memberitakan injil kepada orang-orang “kafir” (sebutan orang Yahudi untuk orang-orang diluar bangsa Yahudi). Pelayanan rasul Paulus diiringi juga dengan banyak tanda mujizat. Bahkan pada kala itu, sapu tangan rasul Paulus pun dipakai orang untuk menyembuhkan banyak orang sakit walaupun tanpa sepengetahuan sang rasul sendiri. Banyak jiwa-jiwa dibawa kepada Tuhan dan menjadi percaya melalui pelayanannya. Lebih jauh lagi, salah satu bukti keberhasilan pelayanan rasul Paulus yang dapat kita saksikan sampai sekarang ini adalah, 14 (empat belas) suratnya yang dimasukkan dalam Perjanjian Baru Alkitab kita. Namun demikian, dalam kesuksesan pelayanan yang dialami oleh rasul Paulus, ada sebuah hal yang mengganjalnya, yang ia sebut “Duri Dalam Daging.”
Memang tidak disebutkan secara jelas apa yang Paulus maksud dengan “Duri dalam Daging”nya itu. Namun ada kemungkinan yang dimaksud mengenai duri itu adalah penyakit atau kekurangan fisiknya (band: Galatia 4:13-15; 1Korintus 2:3).
Dalam pemaknaan Paulus, “duri dalam daging”/ kelemahan fisik tersebut justru menjadi semacam “alat kontrol” yang diberikan Tuhan kepadanya, untuk menghindarkan Paulus dari jerat kesombongan dan keangkuhan, yang dimungkinkan timbul karena keberhasilan pelayanannya tersebut. Dari kondisi kelemahan inilah Paulus memperoleh kekuatan dari Tuhan yang ia tulis dalam 2 Korintus12:9-10 “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” Dalam kelemahan, kita akan semakin merasakan kasih karunia Tuhan.
Tuhan akan melakukan berbagai macam cara demi membentuk karakter kita, menjadi serupa dengan-Nya. Satu hal yang paling “extreme” adalah bahwa Tuhan pun akan memanfaatkan si iblis untuk memproses kita. Iblis dengan segala keinginannya untuk menghancurkan kehidupan manusia, dimanfaatkan Tuhan demi diri kita. Kisah tentang “pemanfaatan” iblis oleh Tuhan juga tertulis di kitab Ayub 2:1-10. Tuhan memanfaatkan iblis untuk memproses Ayub. Iblis dibiarkan melakukan hal-hal berat dalam hidup Ayub, seperti memberikan penyakit parah, menghancurkan segala hartanya dan menghancurkan keluarganya. Dalam Ayub 1:12 dan 2:6 dapat kita lihat bahwa Tuhan sengaja membiarkan iblis berusaha menghancurkan iman Ayub dengan segala daya upaya. Namun Tuhan melindungi nyawa Ayub. Dan akhir dari proses pembentukan tersebut, Ayub menyimpulkan dalam Ayub 23:10 “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”
Kita diselamatkan dari cengkeraman dosa dan iblis, hanya semata-mata karena iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Keselamatan dan jaminan dalam kehidupan kita tersebut sama sekali bukan karena usaha dan upaya kita. jadi tidak ada alasan bagi kita untuk menyombongkan diri (Efesus 2:8-10). Dalam kelemahannya, rasul Paulus menjadi semakin mengandalkan Tuhan. Saat kita kita mengandalkan Tuhan saja dalam setiap pergumulan kita, terutama disaat-saat terlemah dalam kehidupan kita, Tuhan akan menyatakan pertolongannya tepat pada waktunya (Ibrani 4:16).
Setiap kita pasti memiliki kelemahan dalam diri, yang seolah menjadi teror untuk diri kita sendiri, membuat kita menjadi (terlihat oleh diri sendiri) lemah, atau bahkan lebih jauh, minder. Namun disinilah letak nilai lebihnya. Dengan menyadari kelemahan yang tak terelakkan tersebut, kita menjadi mengandalkan Tuhan, berseru kepada-Nya, dan akhirnya dalam kelemahan tersebut Tuhan memberikan kekuatan dan anugerahnya. Kita tidak perlu lagi merasa minder karena kekurangan kita, karena Tuhan ternyata memanfaatkan kelemahan kita tersebut untuk membentuk karakter dan kehidupan kita.  Dalam kelemahan kita dapat merasakan kekuatan yang Tuhan berikan. Amien.


Ibu Gembala
Kostrad, 19 Maret 2011

1 komentar: