Rabu, 09 Maret 2011

Pergumulan Hidup Manusia

"Bukankah manusia harus bergumul di bumi,” (Ayub 7:1)
Ada sebuah peribahasa mengatakan bahwa “Hidup adalah perjuangan.” Hari-hari semua manusia di seluruh muka bumi ini memang berisi perjuangan, perjuangan untuk bertahan hidup. Orang bekerja keras untuk memperoleh penghidupan. Dalam segala upayanya, semua orang selalu berhadapan dengan permasalahan. Itulah kenyataan perjuangan hidup yang dihadapi setiap manusia di muka bumi ini. Dalam Alkitab, kata yang dipakai untuk menggambarkan perjuangan hidup manusia adalah “Pergumulan.” Kata ini bermakna bergulat, bergelut (berkelahi), berjuang keras untuk memperebutkan sesuatu. Arti kata “pergumulan” tersebut memang mengacu pada kondisi yang sebenarnya, baik dalam pengertian fisik, mental, emosional dan spiritual. Jika kita perhatikan, banyak sekali kejadian-kejadian yang dapat kita saksikan di media, menggambarkan kerasnya berjuang hidup. Ada orang yang mencuri dan merampok demi memenuhi kebutuhan perut mereka. Yang lain memunguti sampah dan menjualnya kepada pedagang rombengan. Ada juga yang “berjuang” memenuhi gengsi dan gaya hidup yang mewah, dengan cara-cara yang salah (korupsi, prostitusi, perdagangan narkoba, pergi ke nite-club, gaya hidup konsumtif, dsb). Ada sebuah hukum tak tertulis yang diterapkan didalam dunia ini, yang bernama “Hukum rimba.” Hukum ini menyatakan yang kuat akan bertahan, yang lemah akan mati. Itulah gambaran betapa kerasnya pergumulan hidup di dunia. Pergumulan akan selalu ada dalam hari-hari kita selama hidup di dunia ini, seperti halnya diungkapkan oleh Ayub.
Jika kita selalu mengalami pergumulan/ perkelahian, siapa sebenarnya yang kita lawan? Rasul Paulus, dalam surat Efesus 6:12 mendefinisikan tentang siapa lawan kita, yaitu: “bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (baca: 2Kor 10:3-6). Jadi musuh kita sebenarnya adalah iblis dan pasukannya, serta sifat kedagingan/ egoisme manusia.
Perjuangan dan pergumulan kita sebagai anak-anak Tuhan, mungkin terasa semakin berat (Ibr 10:32). Hal ini dikarenakan kita sedang dibedakan dan dimurnikan dari pengaruh dunia. “Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.” (Mazmur 119:67). Daud menulis mazmur pujian diatas, setelah dia mengalami pergumulan. Dia menyimpulkan bahwa pergumulan hidupnya justru membawanya kembali kepada kebenaran firman Tuhan. Mungkin kita pernah melakukan kesalahan yang membuat kita jauh dari Tuhan. Namun dari mazmur ini kita mengetahui bahwa beban pergumulan itu ada supaya kita mengingat Tuhan, dan kembali kepada jalan Tuhan, kembali kepada kebenaran Firman Tuhan. Ingatlah bahwa kita, orang percaya, akan menempati surga kekudusan Tuhan selama-lamanya. Jadi Tuhan memastikan kita akan masuk kerajaanNya dalam keadaan benar-benar sterile (bersih benar, terbebas, anti) dari dosa. Oleh karena itulah, pemurnian melalui pergumulan hidup kita, berlangsung terus menerus. Senada dengan Daud, Yeremia pun menerima pengajaran dari Tuhan mengenai proses “pembentukan” karakter manusia, yang dikerjakan oleh Tuhan. Tertulis dalam Yeremia 18:4 bahwa sang tukang periuk akan terus menyempurnakan bejananya, jika didapatinya masih kurang sempurna. Proses tersebut akan terus berlangsung sampai sang tukang periuk merasa bahwa bejana yang dibuatnya telah terbentuk dengan sempurna, sesuai dengan keinginannya. Demikian halnya Tuhan. Dia akan terus menerus memproses kita, hingga kita memiliki karakter Kristus dalam kehidupan kita.
Merupakan sesuatu yang mustahil jika Tuhan mengijinkan kita menghadapi pergumulan, tanpa memberikan pertolongan. “..Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” (Mazmur 121:1-2; 146:5-10). Bahkan dikatakan dalam Mazmur 187:7-8 bahwa Tuhanlah yang menyelesaikan semua permasalahan dan membuat kita menang atas masalah-masalah tersebut. Memang tepat benar bahwa kita digambarkan sebagai bejana tanah liat. Bejana yang terbuat dari bejana tanah liat memang lemah dan gampang pecah jika terjatuh, seperti halnya hidup kita. Namun dengan kelemahan tersebut membuat kita, mau tidak mau, harus mengandalkan Tuhan. Dari kelemahan itulah kuasa Tuhan atas hidup kita dinyatakan (2 Kor 4:7). Umur kita akan terus bertambah dan kemampuan tubuh kita juga akan terus berkurang seiring bertambahnya usia. Namun itu bukanlah fokus kehidupan kita. Saat kita setia bersama Tuhan, tubuh rohani kitalah yang akan terus tumbuh, dan menjadi semakin kuat. Tubuh jasmani hanya akan mati dan kembali menjadi debu. Namun kita akan hidup menggunakan tubuh rohani kita di sorga. Jadi jangan lagi kita memusingkan perkara-perkara duniawi, tetapi mulai berkonsentrasi untuk melakukan perkara-perkara rohani.
Mari kita memusatkan pikiran kita kepada Tuhan. Tuhan berjanji pada kita, bahwa Dia akan menyelesaikan permasalahan kita, dan akan terus menolong kita menjalani kehidupan ini. Jadi jangan khawatir lagi, tetap teguh berpegang kepada Tuhan ditengah pergumulan kita, dan kita pasti akan menerima pertolongan kita tepat pada waktunya.

(Sari khotbah Bpk. Gembala)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar